Powered By Blogger

Senin, 10 November 2014

Fake Fact

Fake SinterClaus

Nah sore ini ane akan menshare info yang sangat aneh dan konyol nah berhubung sebentar lagi DESEMBER biar  makin lengkap ambil kopi + gorengan biar mangstab

Orang Tua Berbohong Tentang Sosok Fiktif Sinterklas, Bolehkah?

Bukan rahasia umum lagi
kalau sinterklas, pria tua gemuk berbaju merah
yang terbang menggunakan kereta bertenaga
rusa sebetulnya bukanlah sosok yang eksis di
dunia nyata.
Lantas, wajarkah jika buah hati memercayai
keberadaan sosok fiktif tersebut? Berapa lama
orang tua harus "membohongi" buah hati
mereka tentang sinterklas?
"Saya rasa percaya sinterklas tidak berdampak
buruk bagi anak kalau kisahnya tentang
seseorang akan mendapat kebahagiaan jika
berperilaku baik," ujar Dr. Matthew Lorber,
Psikolog Anak di Lenox Hill Hospital, New York
City, seperti dikutip Tribunnews.com dari
Livescience.com.
Menurutnya, orang tua tak perlu khawatir
karena hal demikian dapat memincu daya
imajinasi anak. "Imajinasi adalah bagian dari
proses tumbuh kembang yang normal dan
sehat," katanya.
Selain mendorong daya imajinasi, banyak
manfaat lain yang dapat orang tua petik.
Imajinasi menstimulasi kemampuan menulis
atau menceritakan kisah yang kreatif. Menurut
para psikolog, anak yang kurang daya imajinasi
justru lebih mengkhawatirkan.
Tiba saatnya nanti, pada umur tertentu, anak
akan memahami sendiri keberadaan sang
sinterklas sebenarnya.
Biasanya, anak akan mencari tahu dengan
menunggu sinterklas datang hingga larut
malam atau cukup bertanya kepada orang tua.
Saat ditodong pertanyaan tersebut, orang tua
harus memastikan anak mereka sudah siap
terhadap jawaban sebenarnya yang akan
diberikan. Tanyakan apakah mereka masih
percaya santa, jika ya, berarti terlalu dini
untuk "membongkar" identitas sinterklas.
Jika harus menceritakan sebenarnya, katakan
kalau semangat Natal untuk saling berbagi
memang benar adanya. Lalu ceritakan tentang
St.Nicholas, sosok nyata yang disebut-sebut
sebagai sinterklas asli. St.Nicholas adalah sosok
berhati dermawan asal Yunani yang gemar
memberikan hadiah kepada mereka yang
membutuhkan.
Tentunya tak semua anak percaya tentang
sinterklas karena memang tidak merayakan
Natal atau orang tua tidak mengenalkan sosok
tersebut sejak kecil.
Dengan demikian, Matthew menyarankan orang
tua untuk memberi pengertian kepada anak
tersebut guna menghormati anak-anak yang
memercayai keberadaan sinterklas.
Sinterklas boleh saja sebuah fantasi dan
sekedar tradisi belaka, namun Matthew
mengatakan, "semangat kebersamaan dan
berbagi kepada yang membutuhkan adalah hal
yang universal."
thanks to read :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar